Oleh : EDDYMAN, INTAN ELFARINI & KANAKA SUNDHORO
Setiap tahunnya penyakit demam berdarah dengue (DBD) menyerang
masyarakat di Tanah Air. Meski ada cara untuk menghindari dan mengobati
penyakit ini, korban jiwa akibat DBD tak terelakkan juga. Kondisi ini
menginspirasi siswa/siswi SMA Taruna Nusantara, Magelang, untuk sedikit
menunjukkan baktinya kepada negara dengan meminimalisasikan jumlah
penderita DBD. Sumbangsih ini mereka wujudkan dengan jalan mencari obat
antinyamuk yang murah tapi efektif.
Eddyman Kharma, Intan Elfarini dan Kanaka Sundhoro, pelajar SMA Taruna
Nusantara, berupaya menawarkan cara membasmi nyamuk dengan murah, alami
dan efektif. Temuan itu bukan serta-merta datang begitu saja, namun
telah melewati penelitian ilmiah yang rumit dan panjang. Karena itulah,
setelah dilombakan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) yang
diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), karya ilmiah
berjudul “Eksplorasi Bunga Sukun sebagai Pengganti Isi Ulang (Refill)
Obat Nyamuk Elektrik” itu menyabet juara pertama.
Menurut Eddyman Kharma, karya ilmiah yang diikutkan lomba itu merupakan
sebuah usaha generasi muda dalam menjawab dan menanggapi kondisi
kesehatan yang tengah dialami bumi Nusantara ini, khususnya masalah
yang muncul karena nyamuk.
Dikatakan siswa kelas tiga SMA itu, di tengah masyarakat yang terancam
serangan nyamuk demam berdarah, tentunya kian banyak pula produsen obat
antinyamuk yang menawarkan produk unggulannya. “Sayangnya, produk yang
dikeluarkan sebagian besar perusahaan obat antinyamuk itu tidak ramah
lingkungan dan bahkan bisa mengganggu kesehatan pemakainya. Ini
dikarenakan sebagian besar obat antinyamuk mengandung bahan kimia
sintetis berkonsentrasi tinggi, yaitu propoxur dan transfluthrin yang
bisa menyebabkan kerusakan sel syaraf, bahkan kematian”, kata Eddyman
sambil menegaskan bahwa obat antinyamuk temuannya, yang berbahan dasar
buah sukun (Artocarpus communis) sebagai cara alami mengusir nyamuk yang
tidak berefek buruk pada kesehatan penggunanya.
Dalam penelitian ilmiahnya, ketiga pelajar SMA itu membandingkan
keefektifan objek penelitian mereka dengan salah satu obat antinyamuk
elektrik ternama. Setelah melalui uji laboratorium, kata Eddyman, obat
antinyamuk temuannya justru lebih efektif dan lebih tahan lama ketimbang
obat antinyamuk elektrik pembanding.
“Hasil penelitian kami menyebutkan bahwa bunga sukun dapat digunakan
sebagai penolak nyamuk, sekaligus bisa membunuhnya. Setelah dibandingkan
dengan obat nyamuk elektrik, temuan kami lebih efektif dan tahan lama,
dan tentunya lebih ekonomis”, kata Eddyman menjelang pemaparan karya
ilmiahnya di muka dewan juri, awal Desember lalu.
Dalam presentasi penelitian itu di kampus LIPI, Eddyman dan
teman-temannya mengemukakan bahwa sukun memiliki banyak kegunaan, namun
saat ini kebanyakan orang masih memanfaatkan sukun sebatas pada
konsumsi buahnya sebagai sumber gizi dan pengobatan penyakit jantung,
penyakit kulit, diare, diabetes, sakit kepala, sakit gigi, herpes,
hipertensi, kelainan tulang dan sembelit.
“Setelah melewati uji pustaka, diketahui bahwa bunga sukun mengandung
zat kimia yang diperkirakan bisa mengusir bahkan membunuh serangga,
namun aman bagi manusia”, kata Eddyman di depan juri.
Adapun proses pembuatan obat antinyamuk yang aman bagi lingkungan dan
murah ini, kata Eddyman, tidak terlalu sulit. Bunga sukun dijemur
sampai kering, lalu ditumbuk sampai halus. Selanjutnya serbuk bunga
sukun itu dibungkus dengan kertas tisu, sehingga bentuknya seperti pelat
obat antinyamuk elektrik.
“Berat isi bungkusan ada yang 300 mg, 500 mg dan 700 mg”, katanya di depan juri.
Langkah selanjutnya adalah menetesi bungkusan serbuk bunga sukun itu
dengan air sebanyak 1 ml. Sekitar 1,5 jam berikutnya, ulangi lagi
meneteskan air dalam jumlah yang sama ke bungkusan itu. Setelah kering,
letakkan bungkusan tersebut pada mesin elektrik pembasmi nyamuk. “Untuk
alat elektrik ini, kami masih menggunakan produk yang dibuat pabrik”,
kata Eddyman. Kemudian alat elektrik tersebut dinyalakan di dalam
sebuah kotak berisi delapan ekor nyamuk. Dalam waktu 10 sampai 20
detik, nyamuk terlihat menghindar, lalu satu menit setelah obat
antinyamuk dari bunga sukun tsb dinyalakan, nyamuk mati.
Hasil yang didapat, obat antinyamuk dari serbuk bunga sukun lebih tahan
lama ketimbang produk keluaran pabrik. Bungkusan tisu berisi serbuk
bunga sukun yang telah ditetesi air sebanyak 12 x 1 ml air setiap 1,5
jam efektif menolak nyamuk selama dua hari. Sementara produk pembasmi
nyamuk elektrik merek tertentu hanya mempunyai tingkat keefektifan
sekitar delapan jam.
“Hasil lain yang kita dapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa bunga
sukun yang digunakan sebagai penolak nyamuk lebih ramah lingkungan,
karena bahan-bahan yang dikandungnya tidak bersifat racun terhadap
manusia. Selain itu produk inovatif dari kita ini lebih ekonomis dan
bisa terjangkau oleh semua kalangan, terlebih bagi mereka yang di dekat
rumahnya ada pohon sukun. Aroma dari obat antinyamuk kita ini juga
tidak menimbulkan bau yang mengganggu kok”, kata Eddyman usai penetapan
kelompoknya sebagai juara pertama dan mendapatkan hadiah uang ditambah
beasiswa setiap bulan selama satu tahun dari PT Asuransi Jiwa
Bumiputera (AJB). [m7]
{ 4 comments... read them below or add one }
nice info thx, Zamrudblog.blogspot.com
alhamdulillah....ktm jg info yg saya cari. trims ya
sukses terus!!!!
moga aku jadi presiden indonesia ya! itu cita-citaku, amin
lumayan juga sih bisa hemat pengeluaran , n nggak beli Hit obat nyamuk lagi.. thanks kak buat tipsnya..
Post a Comment