INGIN FILENYA?
DATANG AJA KE SOLNET! TENTUNYA LEBIH MURAH DARI WARNET MANAPUN
DATANG AJA KE SOLNET! TENTUNYA LEBIH MURAH DARI WARNET MANAPUN
LOKASI
SEBELAH SELATAN MASJID AL-HUDA
DESA KALIJAMBE
TUGAS
IPA
KEPUNAHAN
PADA MAKHLUK HIDUP
Disusun Oleh:
Nama : Yusuf lubistoro
Kelas : IX D
Absen : 34
DINAS
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
KABUPATEN
PEKALONGAN
SMP
NEGERI 2 SRAGI
TAHUN
AJARAN 2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
<!--[if !supportLists]
Kepunahan yang terjadi pada
makhluk hidup merupakan hal yang tidak asing lagi bagi kita. Bumi kita memiliki
berjuta spesies makhluk hidup yang suatu saat tanpa kita sadari dapat punah.
Fenomenan punahnya jenis suatu makhluk hidup dipengaruhi berbagai faktor
seperti alam, ketahanan regenerasi, juga dari manusia. Saat ini, telah banyak
makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan yang mengalami krisis kepunahan
bahkan telah mengalami kepunahan total. Maka dari itu, sebagai makhluk yang
sadar akan pentingnya keberadaan makhluk hidup lain, kita, manusia, harus
berusaha memahami mengapa kepunahan dapat terjadi pada makhluk hidup lain
dengan mempelajari perkembangan kehidupannya juga bagaimana cara mencegah atau
setidaknya mengurangi angka kepunahan yang terjadi pada makhluk hidup lain.
B. TUJUAN
a.
Mengetahui
arti kepunahan dan definisinya.
b.
Memahami
bagaimana kepunahan dapat terjadi, penyebab serta usaha pencegahannya.
BAB
II
PERMASALAHAN
1.
Apakah
pengertian kepunahan?
2.
Apa
sajakah faktor-faktor penyebab terjadinya kepunahan Anoa?
3.
Cara menanggulangi kepunahan Anoa?
BAB
III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
KEPUNAHAN
Kepunahan
adalah penghentian silsilah evolusi. Peristiwa kepunahan yang paling umum
adalah hilangnya spesies. Ada banyak alasan mengapa spesies mungkin
mati.Intervensi manusia(baik secara langsung atau tidak langsung) telah menjadi
penyebab utama kepunahan spesies (mungkin selama lima belas ribu tahun
terakhir).
Spesies dan Populasi
Sebuah
perbedaan penting harus dibuat antara kepunahan benar dan pemusnahan.
Pemusnahan adalah hilang nya populasi, atau kehilangan suatu spesies dari
daerah geografis tertentu. Sebuah contoh yang terkenal abad kedua puluh adalah
pemusnahan serigala dari wilayah Wyoming Yellowstone. Layanan taman serigala
diperkenal kan kembali ke Yellowstone pada 1990-an, dan ini predator tampaknya
beradaptasi dengan baik untuk rumah baru mereka. Benar kepunahan juga harus
dibedakan dari pseudoextinction. Ahli biologi mempelajari perubahan yang
terjadi dalam garis keturunan dari waktu ke waktu sering menunjuk tahap
morfologi yang berbeda sebagai spesies terpisah. Kepunahan suatu spesies dalam
konteks ini bukan akibat dari terminasi garis keturunan, melainkan
trans-formasi menjadi bentuk baru. Sebuah pemahaman yang jelas dari definisi
spesies adalah diperlukan dalam rangka untuk membahas kepunahan. Ini bukan
pertanyaan sederhana, namun satu pandangan mendefinisikan suatu spesies sebagai
populasi yang berpotensi perkawinan individu yang terisolasi dari populasi
reproduktif seperti lainnya. Dengan definisi ini, perkawinan yang relatif umum
antara coyote dan anjing domestik menimbulkan pertanyaan keabsahan status
spesies terpisah mereka.
Perubahan Lingkungan
Spesies punah
terutama karena mereka tidak mampu untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Hewan dengan makanan khusus atau persyaratan habitat, seperti panda
raksasa (yang feed hampir secara eksklusif pada bambu), sangat rentan terhadap
perubahan lingkungan. Spesies generalis yang memakan banyak jenis makanan dan
hidup dalam berbagai pengaturan jauh lebih mampu bertahan dalam lingkungan yang
berubah. Sebagai contoh, rakun adalah penghuni kota umum, dimana mereka mencari
makanan dari tong sampah bukan dari sungai. Selain itu, spesies dengan waktu
generasi panjang yang sedikit menghasilkan keturunan sering rentan terhadap
kepunahan. Jika populasi hewan ini sangat kecil, itu tunduk pada kepunahan dari
berbagai faktor, seperti gangguan dan penyakit. Organisme dengan waktu generasi
pendek yang menghasilkan banyak keturunan, misalnya, tikus banyak spesies
serangga, sering mampu meningkatkan populasi mereka dengan cepat dan karenanya
menjadi kurang rentan terhadap kepunahan. Namun, binatang seperti badak atau
harimau Siberia mengambil beberapa tahun untuk matang dan ketika mereka
melakukannya bereproduksi hanya melahirkan satu atau dua keturunan. Dengan
demikian, spesies seperti ini tidak dapat pulih dari populasi yang rendah
dengan cepat dan dengan demikian lebih mungkin untuk pergi punah.
Massa kepunahan
Peristiwa
kepunahan massal telah terjadi secara periodik dalam sejarah Bumi. Tiga
peristiwa ini sangat relevan dengan sejarah mamalia. Yang pertama adalah
kepunahan Cretaceous-Tersier 65 juta tahun yang lalu yang menyebabkan punahnya
dinosaurus. Mamalia dan dinosaurus hidup berdampingan untuk sekitar 140 juta
tahun, selama waktu dinosaurus mendominasi sebagian besar relung vertebrata
darat. Kepunahan ini kemungkinan besar adalah hasil dari tabrakan meteor besar
yang dihilangkan lebih dari setengah dari semua spesies di planet ini. Mamalia
selamat bahwa peristiwa kepunahan relatif baik, mungkin karena sebagian besar
mamalia Mesozoi- kum adalah spesies dengan waktu generasi pendek dan tandu
besar. Selama periode Tersier, mamalia menjalani radiasi adaptif cepat, mengisi
niche yang sama dengan yang ditinggalkan oleh dinosaurus.
B. KEPUNAHAN
ANOA
Anoa
akan mengalami kepunahan lokal di Suaka Margasatwa
(SM) Tanjung Amolengo, Sulawesi Tenggara, yang merupakan salah satu habitat
utama satwa langka tersebut. Di suaka margasatwa yang memiliki luas 604
hektare ini, populasi anoa kini tinggal lima sampai enam ekor.
Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Haris Mustari
mengungkapkan hal tersebut ketika dihubungi Media, akhir pekan lalu.
Menurut Abdul Haris Mustari, populasi anoa di Suaka Margasatwa Tanjung
Amolengo yang tinggal 5-6 ekor berdasarkan penelitian yang telah
dilakukannya mulai 2000-2002. ''Padahal pada 1994-1995 ketika saya
melakukan penelitian selama delapan bulan di sana, populasinya masih
sekitar 8-12 ekor,'' katanya.
(SM) Tanjung Amolengo, Sulawesi Tenggara, yang merupakan salah satu habitat
utama satwa langka tersebut. Di suaka margasatwa yang memiliki luas 604
hektare ini, populasi anoa kini tinggal lima sampai enam ekor.
Dosen Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) Abdul Haris Mustari
mengungkapkan hal tersebut ketika dihubungi Media, akhir pekan lalu.
Menurut Abdul Haris Mustari, populasi anoa di Suaka Margasatwa Tanjung
Amolengo yang tinggal 5-6 ekor berdasarkan penelitian yang telah
dilakukannya mulai 2000-2002. ''Padahal pada 1994-1995 ketika saya
melakukan penelitian selama delapan bulan di sana, populasinya masih
sekitar 8-12 ekor,'' katanya.
Terus menurunnya populasi anoa, tutur kandidat peraih PhD dari University
of New England Australia ini, karena deforestasi (perusakan hutan) dan
perburuan liar. Deforestasi terutama terjadi karena konversi hutan primer
yang merupakan habitat anoa menjadi lahan perkebunan jambu mete, kakao,
serta illegal logging. Sedangkan perburuan liar, karena orang mengincar
daging untuk dimakan dan tanduknya dijadikan trofi.
Selain itu, persoalan lain yang menekan populasi anoa di Suaka Margasatwa
Amolengo karena hewan yang dilindungi ini tidak lagi bisa menjelajah ke SM
Tanjung Peropa, Sultra. Kedua suaka margasatwa tersebut hanya berjarak
sekitar 2-3 km, dipisahkan oleh Desa Amolengo, Langgapulu, dan Ampera.
Padahal sekitar sepuluh tahun lalu, populasi anoa dari kedua suaka
margasatwa itu masih bisa saling bertukar melalui koridor berupa hutan
pinggiran sungai, perkebunan jambu mete, cokelat, dan kelapa, khususnya di
bagian selatan Tanjung Peropa.
Namun, dengan bertambahnya penduduk dan permukiman di ketiga desa tersebut,
anoa semakin sulit menemukan koridor pelintasan yang memungkinkan
pertukaran populasi anoa di kedua suaka margasatwa ini.
''Anoa di SM Tanjung Amolengo akan mengalami kepunahan lokal atau
setidaknya mengalami penurunan kualitas genetik karena populasinya sangat
kecil,'' tuturnya seraya menyatakan populasi anoa di SM Tanjung Peropa yang
memiliki luas 38.927 hektare masih sekitar 500 ekor.
Mustari mengaku, pejabat instansi kehutanan dan pemda sering mengatakan
populasi anoa masih banyak. Padahal pernyataan populasi anoa yang dikatakan
para pejabat hanya didapatkan dari cerita penduduk dan atas perkiraan saja,
bukan data hasil penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan.
Sedangkan penelitian yang dia lakukan, tutur Mustari, berdasarkan metode
yang sering dipakai dalam survei populasi satwa liar yaitu metode pertemuan
langsung (transect), penghitungan kepadatan feses anoa (distant detect),
metode konsentrasi (silent detection), dan metode jejak (foot-print analysis).
Menurut Mustari, penduduk yang berdomisili di sekitar hutan juga sering
kali overestimasi terhadap populasi anoa. Mereka mengatakan populasi anoa
di alam masih berlimpah, padahal apabila dicermati dan dilakukan penelitian
yang saksama, populasi anoa di alam sebenarnya sangat sedikit.
Penduduk yang mengatakan anoa masih banyak umumnya karena hanya berpatokan
pada jejak atau kotoran anoa di hutan. Padahal anoa termasuk satwa soliter
yang hanya ditemukan satu-dua ekor dalam satu kelompok. Selain itu, anoa
memiliki mobilitas yang tinggi dan wilayah jelajah harian yang luas (500 ha
lebih di Amolengo), sehingga jejak dan kotoran anoa yang kelihatannya
melimpah, sebenarnya hanya milik beberapa ekor saja.
Selain anoa, satwa khas Sulawesi lainnya yang terdapat di SM Tanjung
Amolengo dan Tanjung Peropa yaitu babi hutan sulawesi (Sus celebensis),
kuskus beruang (Ailurops ursinus), kuskus sulawesi (Strigocuscus
celebensis), rangkong (Rhyticeros cassidix dan Phenelopides exarhatus).
C. FAKTOR
PENYEBAB KEPUNAHAN ANOA
1.
Perdagangan
Hewan Ilegal
Anoa kerap diculik dari kawanannya untuk dijual
untuk dimakan atau dijual kembali. Penculikan kerap membunuh Anoa, sehingga
setiap satu Anoa diculik terkadang Anoa lain mati.
2.
Perburuan
Liar
3.
Perubahan
Lingkungan
4.
Kebakaran
Hutan
5.
Semakin
Berkurangnya Habitat
6.
Kurangnya
kesadaran masyarakat
D. CARA MENANGGULANIG KEPUNAHAN ANOA
Cara menanggulanginya adalah
dengan membuat sebuah perlindungan khusus bagi Anoa dengan dilindungi oleh pagar-pagar
agar tidak diburu. Dan harus menjaga habitatnya supaya Anoa bisa hidup di alam bebas
sehingga lebih mudah berkembang biak.
BAB
IV
PENUTUP
Demikian pembahasan kami tentang
sebab dan cara menanggulangi kepunahan makhluk hidup,
utamanya Anoa. Kita sebagai makhluk hidup yang berbudi pekerti semestinya tidak
mengeksploitasi alam secara berlebihan tanpa memikirkan efek yang terjadi.
DAFTAR
PUSTAKA
-->
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment