Limbah nuklir dihasilkan tiap tahap dalam rangkaian proses nuklir, dari penambangan uranium hingga reaktor nuklir untuk menghasilkan bahan bakar nuklir. Sebagian besar limbah nuklir tetap berbahaya untuk ratusan tahun, meninggalkan keadaan yang buruk untuk generasi berikutnya. Isotop radioaktif yang berbahaya seperti Cesium dan Stronsium, Yodium, Kripton, dan Plutonium diciptakan ketika reaktor nuklir aktif. Plutonium adalah partikel yang paling berbahaya yang digunakan untuk senjata nuklir.
Secara garis besar,
limbah nuklir dibagi dalam 2 kategori, Low and Intermediete Level Waste (LILW)
dan High Level Waste (HLW). LILW adalah limbah nuklir yang berupa sarung
tangan, cover sepatu dan baju para pekerja di PLTN serta bagian alat
pemeliharaan mesin dan sejenisnya. Treatment LILW dilakukan denngan cara
disimpan dalam tempat penyimpanan sementara sebelum akhirnya didispose secara permanen.
Sedangkan HLW umumnya ditreatment dengan 2 metode, dry dan wet storages. Sesuai
dengan namanya, dalam wet storage, limbah nuklir dari reactor
ditreatment didalam air selama 3-5 tahun untuk mendinginkan plus mengurangi
panas dari radioactive decays. Setelah melewati proses itu, limbah nuklir
dimasukkan kedalam container yang dirancang secara khusus sehingga bisa
menyimpan dengan aman, terutama menggunakan bahan bahan yang tahan korosi dan
radiasi. Sedangkan dry storage, limbah nuklir langsung dimasukkan kedalam
container yang dirancang secara khusus tanpa air sebagai pendinginnya. Biasanya
disimpan hingga sampai 6 tahun didalam container tersebut. Containers dry
storages bisa berbentuk metal cask, concrete silo, maupun vault storage.
Lebih dari 90 % limbah nuklir dunia saat ini ditreatment melalui proses wet storage. Umumnya penyimpanan sementara limbah nuklir berada di kawasan PLTN itu sendiri, sehingga tidak perlu diangkut melalui transportasi yang jauh. Tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam fasilitas ini, karena tentu saja kontrolnya sangat ketat. Pengelola PLTN wajib memberikan laporan secara berkala tentang keluar masuknya limbah nuklir kepada badan pengawas setempat dan juga IAEA.
Treatmen selanjutnya bisa menggunakan system geological repository, atau menggunakan teknik-teknik transmutasi yang saat ini semakin banyak riset-riset dibidang tersebut, misalnya fast reactor dan ADS yang diprediksi akan exist beberapa puluh tahun kedepan.
Lebih dari 90 % limbah nuklir dunia saat ini ditreatment melalui proses wet storage. Umumnya penyimpanan sementara limbah nuklir berada di kawasan PLTN itu sendiri, sehingga tidak perlu diangkut melalui transportasi yang jauh. Tidak sembarangan orang bisa masuk kedalam fasilitas ini, karena tentu saja kontrolnya sangat ketat. Pengelola PLTN wajib memberikan laporan secara berkala tentang keluar masuknya limbah nuklir kepada badan pengawas setempat dan juga IAEA.
Treatmen selanjutnya bisa menggunakan system geological repository, atau menggunakan teknik-teknik transmutasi yang saat ini semakin banyak riset-riset dibidang tersebut, misalnya fast reactor dan ADS yang diprediksi akan exist beberapa puluh tahun kedepan.
DAMPAK SAMPAH NUKLIR
Akibat ledakan di reaktor nuklir Fukushima,
diprediksi bisa berdampak hingga ke Indonesia. Uap limbah reaktor nuklir yang
meledak dapat tertiup angin hingga ribuan kilometer bahkan Sampai di Indonesia.“Tragedi Chernobyl itu radioaktifnya bisa terbawa angin hingga ke Skotlandia di kawasan Eropa Barat, kemungkinan itu bisa jadi ada (sampai ke Indonesia),” ujar Jubir Greenpeace Asia Tenggara, Hikmat Soeriatanuwijaya kepada Tribunnews.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment